
Kupang – Meriahkan Hari Pers Nasional 2024, Organisasi Media yakni Serikat Media Siber Indonesia ( SMSI ) Provinsi NTT gelar wicara ( talk show ) dengan tema ” Peningkatan Kompetisi Wartawan dan Penguatan Pers sebagai Pilar Demokrasi”, di Aula Universitas Muhammadiyah Kupang, Rabu, 7 Pebruari 2024.
Gelar wicara dibuka oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang, Prof.Dr. Zainul Wula, S.Pd. M.Si. yang dihadiri oleh sejumlah pimpinan media Pers dan Penyiaran serta Wartawan. Selain itu ada juga peserta istimewa yaitu mahasiswa Universitas Muhammadiyah sebagai tuan rumah kegiatan talk show.
Roby Fahik yang juga sebagai Ketua Panitia didaulat menjadi moderator dengan menghadirkan narasumber Kantor Bahasa Provinsi NTT Widyabasa Ahli Muda, Christina T.Weking, S.S., M.Hum., dan Dr. Marcel Robot, Dosen dan Penulis aktif dari Undana Kupang.
Sebelumnya Rektor Prof. Zainul dalam orasi pembukaan temu wicara, menggarisbawahi nilai-nilai toleransi yang menjadi esensi berdemokrasi di Indonesia. Toleransi menjadi perekat bagi seluruh rakyat yang beragam suku, etnis dan agama. Sebagai Rektor di Universitas berbasis Islam Muhammadiyah Prof. Zainul telah menunjukkan, kalau Universitas Muhammadiyah memiliki 82 Persen mahasiswanya adalah Kristen.
Lanjut Prof. Zainul, ” saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada media dan para Jurnalis sebagai garda terdepan ikut berkontribusi melalui karya-karya jurnalis mengawal dan menjaga toleransi di Indonesia “.
Ketua SMSI Provinsi NTT Benny Jahang, dalam kapasitasnya mengajak rekan-rekan jurnalis untuk komitmen dalam tugas dan profesi agar tetap menjunjung tinggi esensi etika jurnalistik.
Benny berharap media tetap komitmen dalam pemberitaan, tidak hoax, menjaga pilar demokrasi bangsa, dan menjunjung tinggi nilai dan etika jurnalis. Dengan demikian jurnalis telah membuktikan jati dirinya sebagai pemersatu bangsa.
Konklusif menarik dari gelar wicara yang diselenggarakan SMSI Provinsi NTT adalah masing-masing narasumber baik Christina Weking maupun Marcell Robot memberikan perhatian sebagai masukan tambahan untuk para jurnalis. “Tetap menjunjung tinggi penggunaan bahasa Indonesia yang baku, meramu frasa pada judul berita yang menarik, kendati musuh terbesar bagi wartawan adalah prinsip on-line dan on-time”. ( fm ).
